Sejarah Awal Mula Nama Indonesia

Ditulis oleh pada Thursday, April 10, 2014 - 04:29 dengan 3 komentar

Sejarah Awal Mula Nama Indonesia
Beberapa waktu yang lalu, sempat mucul sebuah usulan untuk mengganti nama negara Indonesia menjadi Nusantara. Usulan ini diungkapkan oleh seorang pria bernama Arkand Bodhana Zeshaprajna. Menurut Doktor lulusan University of Metaphysics International Los Angeles, California, Amerika Serikat ini nama Indonesia hanya akan membawa kehancuran bagi bangsa ini. Tapi tahukah Anda apa sebenarnya arti kata Indonesia? Siapa yang pertama memunculkan kata ini dan bagaimana akhirnya bangsa kita menggunakannya sebagai nama negara?

Pada zaman purba, wilayah negara kita mendapat sebutan yang bermacam-macam. Bangsa Tionghoa dalam catatannya menybut kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Salah satu contoh penyebutan negara kita dengan Dwipantara terdapat dalam kisah Ramayana karya pujangga Walmiki. Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa).

Menurut para penjelajah Eropa, bangsa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India dan Tiongkok. Daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya termasuk dalam "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan negara kita disebut "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais). Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).

Kemunculan nama Indonesia diawali pada sekitar tahun 1850 dalam sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di Singapura. Dalam JIAEA Volume IV, halaman 66-74, George Samuel Windsor Earl, ahli etnologi Inggris, menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam tulisannya itu Earl menerangkan tentang perlunya pemberian sebuah nama yang spesifik untuk wilayah negara kita. Menurutnya penggunaan nama "Hindia" yang selama ini digunakan bisa menimbulkan kerancuan dengan wilayah India. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau).

Saat itu, Earl secara pribadi menyatakan lebih memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia dinilainya tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon ( Srilanka ) dan Maladewa. Earl berpendapat juga bahwa Malayunesia lebih cocok karena bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl akhirnya memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam jurnal ilmiah yang sama, halaman 252-347, James Richardson Logan, pria Skotlandia yang menjadi pengelola JIAEA, menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memilih menggunakan istilah Indunesia yang tidak digunakan oleh Earl. Logan juga mengganti huruf u dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Tulisan tersebut pun menjadi tulisan pertama yang menyebutkan kata Indonesia.

"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago," bunyi tulisan Logan yang tercetak pada halaman 254 JIAEA. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826 – 1905 ) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantara ). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiƫr (orang Indonesia).

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya :

"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Di tanah air (Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924). Pada tahun 1925, Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Bagikan Artikel Ini :

3 comments

Waaahhh.........baru tau sejarahnya. hebaaatt..........:)

makasih, mas...jadi banyak tau dari blog ini...

Balas

terimakasih kembali mbak
saya juga senang kalau ternyata blog ini bermanfaat untuk orang lain
:D

Balas

Hehe, nama Indonesia ko yang disalahkan. .

Thanks mas Ilmu nya,

Balas

Punya tanggapan atas artikel ini? Silahkan sampaikan pemikiran Anda melalui kotak komentar yang tersedia. Terimakasih atas komentar yang anda berikan dan mohon maaf jika ada komentar yang tidak saya balas.
Read MeEmoticon

Follow Bee Inspired Di Twitter
Like Bee Inspired Di Facebook
 
Home | Privacy Policy | Disclaimer | Contact | Feeds (Atom)
Copyright © 2013. Bee Inspired - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger