Kita tentu sering sekali mendengar istilah kumpul kebo. Istilah ini digunakan untuk mengambarkan perilaku dua orang manusia yang berlainan jenis kelaminnya yang tinggal dalam satu rumah tanpa adanya ikatan perkawinan. Pagi tadi saya mendapat pertanyaan yang sangat kritis dari adik teman saya mengenai istilah ini, kenapa harus kebo, bahasa jawa untuk kerbau, yang yang jadi kiasannya. Jujur saya juga tidak tahu dan karenanya dari tadi pagi saya sibuk bongkar-bongkar arsip google untuk menemukan jawabannya. Dan setelah sedikit usaha ekstra saya menemukan sebuah keunikan mengenai asal mula kata ini.
Beberapa artikel awal yang saya temukan mengasumsikan bahwa istilah kumpul kebo berasal dari kebiasaan kerbau yang tinggal dalam satu kandang tanpa adanya ikatan. Sebagian lain mengaitkannya dengan kebiasaan kerbau yang tiba-tiba saja hamil. Tapi saya merasa sedikit kurang bisa menerima pendapat ini, kalau memang hal ini yang menjadi alasan kenapa kita tidak menggunakan sapi sebagai kiasan, atau kenapa kita tidak menyebutnya kumpul kerbau saja sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Karena tidak puas dengan pendapat pertama saya kemudian coba lagi untuk mengobrak-abrik arsip lainnya dari mbah google. Saya menemukan sebuah argumentasi lain mengenai asal mula istilah ini. Dalam artikel ini disebutkan bahwa kumpul kebo berasal dari bahasa prokem yang berkembang dalam pergaulan anak muda. Sekilas memang masuk akal biasanya bahasa prokem memang tidak memiliki aturan yang baku jadi mereka bebas menggunakan kata semau mereka. Tapi saya sedikit meragukan hal ini karena sekali lagi tidak jelas kenapa harus kerbau yang jadi korbannya dan selain itu saya juga bertanya-tanya apakah bahasa prokem memang sudah ada sejak jaman dahulu, karena setahu saya istilah ini sudah ada sejak jaman penjajahan dulu.
Di tengah keputus asaan saya tentang asal mula istilah kumpul kebo, saya secara tidak sengaja terdampar ke sebuah artkel di Kompasiana yang berjudul ‘Samenleven’ Bukan Bermakna ‘Kumpul Kebo’. Dalam artikel itu sang penulis mengatakan istilah kumpul kebo berasal dari kata "koempoel gebouw". Koempoel merupakan ejaan lama untuk kata kumpul, sedangkan gebouw adalah bahasa belanda yang berarti rumah. Secara sederhana koempoel gebouw bisa diartikan sebagai kumpul dalam satu rumah. Penggunaan kata yang bercampur seperti ini, bahasa Indonesia dan bahasa Belanda, adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang Belanda pada masa penjajahan dahulu, jika tidak percaya coba saja lihat film-film bertema jaman kolonial.
Perubahan kata koempoel gebouw menjadi kumpul kebo kemungkinan dikarenakan kemiripan bunyi dari kedua kata itu di telingan orang Indonesia. Selain itu mungkin juga kata koempoel gebouw ini kemudian menjadi berubah pengucapannya ketika diucapkan oleh orang Indonesia. Bangsa kita umumnya akan mengucapkan kata yang sulit dilafalkan dengan menggantinya dengan kata yang berbunyi mirip, contohnya pemadam kebakaran yang dalam bahasa belanda disebut brandweer dalam beberapa bahasa daerah berubah menjadi blangwer. Dan karena kata kebo yang mirip dengan kata gebouw maka lahirlah sebuah istilah kumpul kebo yang begitu fenomenal.
Punya tanggapan atas artikel ini? Silahkan sampaikan pemikiran Anda melalui kotak komentar yang tersedia. Terimakasih atas komentar yang anda berikan dan mohon maaf jika ada komentar yang tidak saya balas.
Read MeEmoticon